cendananews.id - Di pasar otomotif Indonesia, mobil buatan China tengah mencuri perhatian masyarakat karena menghadirkan mobil dengan desain yang lebih baru dan fitur-fitur canggih.
Popularitasnya yang terus menanjak, membuat mobil China mampu menyaingi mobil buatan Jepang yang sudah selama puluhan tahun menjadi andalan masyarakat Tanah Air.
Hebatnya lagi, di tengah penurunan penjualan mobil nasional sepanjang 2024 hingga awal 2025, produsen mobil China justru menunjukkan performa sebaliknya.
Data dari GAIKINDO mencatat bahwa pada kuartal pertama 2025, saat penjualan mobil nasional turun 4,7 persen secara tahunan, mobil China justru melonjak hingga 153 persen.
Lantas, apa yang membuat mobil buatan China bisa semurah dan sampai berhasil mencuri perhatian konsumen Indonesia?
Mobil buatan Tiongkok kini hadir dengan teknologi canggih, membuat desain dan performanya setara dengan mobil Eropa. Tak heran jika kendaraan ini sangat diminati di Indonesia.
Namun, yang menjadi pertanyaannya, bagaimana produsen Tiongkok bisa menjual mobil berteknologi canggih ini dengan harga jauh lebih murah dibanding merek Jepang atau Eropa?
Sudah sejak lama China dikenal sebagai negara manufaktur yang mampu memproduksi berbagai macam produk dalam kualitas yang baik untuk merek-merek ternama dunia.
Kondisi ini membuat China memiliki pasokan bahan baku yang melimpah untuk produksi kendaraan.
Keuntungan utamanya, mereka bisa mendapatkan bahan baku dengan harga yang jauh lebih murah, sehingga biaya produksi bisa ditekan.
Menurut Financial Post, ada sebanyak 733 juta pekerja di China pada tahun 2022.
Jumlah pekerja yang besar ini memberikan keuntungan bagi perusahaan manufaktur otomotif di China untuk bisa memberikan upah yang relatif lebih rendah, tetapi bisa bekerja secara maksimal.
Sudah menjadi rahasia umum bahwa banyak perusahaan besar memproduksi barang mereka di Tiongkok, termasuk di sektor otomotif.
Dari sinilah, perusahaan-perusahaan Tiongkok belajar dan mengadaptasi teknologi dari merek-merek ternama seperti Toyota, Volkswagen, dan banyak lagi.
Situasi ini membuat mereka tidak perlu mengeluarkan biaya besar untuk penelitian dan pengembangan (R&D) produk baru, karena mereka bisa mengadaptasi dan mengembangkan dari teknologi yang sudah ada.
Pemerintah China sangat mendukung aktivitas industri yang terjadi di negaranya.
Untuk mengembangkan prospek industri di negaranya, mereka berani memberikan dukungan besar, seperti memberikan pajak impor yang rendah.
Langkah ini sengaja dilakukan oleh pemerintah China dengan harapan para pelaku industri manufakturnya bisa mengembangkan perusahaan, menciptakan lapangan pekerjaan, dan memperkuat posisi China sebagai pemimpin industri global.
Pemerintah Tiongkok sangat mendukung penuh industri manufaktur di negaranya sampai membangun sistem Belt and Road Initiative (BRI).
BRI ini adalah strategi pembangunan infrastruktur China yang dibuat untuk mempermudah kegiatan ekspor-impor.
Sumber: (inilah.com)