cendananews.id - Dua gedung fasilitas nuklir Iran di dekat Teheran hancur akibat serangan Israel dalam kecamuk perang antara kedua belah pihak. Badan pengawas nuklir PBB, Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA), melaporkan bahwa dua gedung Iran yang hancur tersebut memproduksi komponen centrifuge. Centrifuge sangat penting untuk pengayaan uranium, proses sensitif yang dapat menghasilkan bahan bakar untuk reaktor hingga inti hulu ledak nuklir.
IAEA mengatakan pada Rabu (17/6/2025), serangan Israel menghancurkan dua bangunan yang membuat komponen centrifuge untuk program nuklir Iran di Karaj. Dalam serangan lain di sebuah lokasi di Teheran, satu bangunan tempat mana rotor centrifuge canggih diproduksi dan diuji terkena serangan, sebagaimana dilansir AFP.
Israel memulai serangan langsung pada Jumat (13/6/2025) dini hari. Dengan cepat, Iran membalas serangan. Kedua belah pihak lantas jual-beli serangan dan perang antara Iran dan Israel telah memasuki hari keenam pada Rabu (17/6/2025).
Israel menargetkan fasilitas nuklir Iran dan menewaskan sejumlah komandan militer negara tersebut. IAEA menyebutkan, tampaknya ada dampak langsung pada ruang pengayaan bawah tanah di fasilitas nuklir Natanz Iran akibat serangan Israel. Di sisi lain, Israel sendiri menurut Institut Penelitian Perdamaian Internasional Stockholm (SIPRI) diperkirakan memiliki sekitar 90 hulu ledak nuklir.
Korps Garda Revolusi Iran (IRGC) mengonfirmasi bahwa rudal hipersonik canggih Fattah digunakan dalam fase kesebelas Operasi True Promise III Iran pada Rabu dini hari.
Rudal Fattah diklaim berhasil menembus sistem pertahanan udara Israel. Menurut IRGC, fase ini dianggap sebagai titik balik, sebagaimana dilansir Press TV.
IRGC menambahkan, pengerahan rudal Fattah generasi pertama yang dipandang sebagai awal dari berakhirnya dominasi sistem pertahanan rudal Israel. "Rudal-rudal Fattah yang kuat dan dapat bermanuver dengan lincah telah mengguncang tempat perlindungan orang Israel malam ini. Ini mengirimkan pesan jelas mengenai kekuatan Iran kepada sekutu Tel Aviv yang terjebak dalam delusi dan asumsi yang salah," ungkap IRGC.
Sumber : (kompas.com)